Slank, band legendaris yang telah mengukir sejarah argotchicago.com panjang di dunia musik Indonesia, terus mempertahankan eksistensinya hingga saat ini. Mereka tidak hanya dikenal lewat karya musik yang ikonik, tetapi juga lewat kekompakan dan solidaritas antar personel yang telah bertahan lebih dari tiga dekade. Salah satu faktor kunci dalam menjaga kebersamaan ini adalah prinsip keadilan sosial yang diterapkan dalam grup, sebuah nilai yang ditekankan oleh sang drummer, Bimbim.
Bimbim, yang merupakan salah satu pendiri dan motor penggerak utama Slank, baru-baru ini membagikan pandangannya tentang rahasia di balik soliditas Slank. Menurutnya, salah satu kunci utama adalah menciptakan sistem yang adil bagi semua anggota. “Kami punya prinsip bahwa tidak ada yang lebih penting dari yang lainnya. Setiap personel punya hak yang sama, baik dalam hal pembagian keuntungan, waktu, maupun keputusan-keputusan penting yang diambil,” ujarnya.
Keadilan Sosial: Tidak Ada yang Merasa Dirugikan
Prinsip keadilan sosial yang diterapkan di Slank gates of olympus bukan sekadar slogan. Dalam praktiknya, Slank selalu memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil bersifat kolektif dan mempertimbangkan kebutuhan serta keinginan semua personel. “Kami selalu berbicara terbuka, diskusi, dan mendengarkan satu sama lain. Tidak ada yang merasa dirugikan. Itu adalah kunci agar kami bisa tetap bersama, tidak ada yang merasa terkekang atau tertekan,” tambah Bimbim.
Menurut Bimbim, keadilan sosial dalam konteks ini juga menyentuh masalah pembagian royalti atau keuntungan dari penjualan album dan konser. Slank menerapkan sistem pembagian yang proporsional berdasarkan kontribusi masing-masing, namun tanpa ada perbedaan yang mencolok antar anggota. Semua keputusan yang diambil selalu berdasarkan kesepakatan bersama, dan semua anggota merasa dihargai serta dilibatkan dalam setiap proses.
Soliditas dalam Perbedaan: Menjaga Komunikasi yang Terbuka
Meski telah berusia puluhan tahun, perbedaan karakter dan visi antar personel Slank justru menjadi kekuatan tersendiri. Bimbim mengungkapkan bahwa kunci soliditas mereka adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur. “Kami tahu bahwa tidak mungkin semua orang sepakat dalam segala hal, tapi yang penting adalah menghargai pendapat dan saling mendukung,” jelasnya.
Band yang telah melahirkan banyak lagu hits seperti “Terlalu Manis” dan “Bang Bang Tut” ini juga mengedepankan kebebasan berekspresi di dalam kelompok. Meski demikian, semua anggota memiliki satu tujuan yang sama: menciptakan musik yang dapat dinikmati oleh semua kalangan dan memberi dampak positif pada masyarakat. Komunikasi terbuka menjadi landasan mereka untuk mengatasi perbedaan pendapat, menjaga keharmonisan, dan memastikan semuanya berjalan sesuai visi misi bersama.
Pentingnya Nilai Kemanusiaan dalam Musik
Bimbim juga menegaskan bahwa Slank bukan sekadar band, tetapi juga sebuah keluarga besar yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan tinggi. Mereka sering mengkampanyekan isu-isu sosial dalam lagu-lagu mereka, dan melalui musik, Slank ingin menyuarakan keadilan sosial, baik untuk masyarakat luas maupun untuk anggota band itu sendiri. “Musik adalah alat untuk berbicara, dan kami ingin agar musik kami tidak hanya menghibur, tapi juga memberi pesan positif. Kalau dalam band saja kami bisa menjaga keadilan sosial, kenapa masyarakat tidak bisa?” tutup Bimbim.
Slank adalah contoh nyata bagaimana keadilan sosial dan komunikasi terbuka bisa menjadi dasar sebuah kelompok musik tetap solid dan sukses dalam jangka panjang. Prinsip-prinsip ini tidak hanya relevan untuk dunia musik, tetapi juga dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, mengajarkan kita untuk menjaga keseimbangan, menghargai perbedaan, dan mendukung satu sama lain.